Sesungguhnya zina adalah hutang, yang sangat mungkin akan mengheret keluarga dan keturunan kita kelak. Apa maksudnya zina adalah hutang? Mari kita simak hadits Rasulullah berikut:
Para sahabat pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, "Diam kamu, diam!"
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam berkata, "Mendekatlah". Pemuda tadi mendekati beliau dan duduk di hadapan beliau.
Nabi Shalallahu 'alaihi wassallam bertanya, "Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?"
"Tidak, demi Allah wahai Rasul" sahut pemuda itu.
"Begitu pula orang lain tidak rela kalau ibu mereka dizinai".
"Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul!". "Begitu pula orang lain tidak rela jika anak perempuan mereka dizinai".
"Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?"
"Tidak, demi Allah wahai Rasul!"
"Begitu pula orang lain tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai". "Relakah engkau jika bibimu dizinai?"
"Tidak, demi Allah wahai Rasul!"
"Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai"
"Relakah engkau jika bibi dari ibumu dizinai?"
"Tidak, demi Allah wahai Rasul!"
"Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai."
Lalu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sambil berkata, "Ya Allah, ampunilah kesilapannya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya."
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina, "(HR. Ahmad).
Dari penjelasan Rasulullah dalam hadis di atas, kita dapat mengetahui bahawa ketika seorang lelaki berzina dengan seorang wanita, sama saja lelaki tersebut tengah menzinahi seorang anak perempuan, seorang adik perempuan, seorang calon isteri, bahkan juga seorang calon ibu.
Menyedari bahawa perempuan itu mempunyai ayah yang tentu tidak rela anaknya dizinahi, perempuan itu mempunyai keluarga yang takkan berkenan dirinya dinodai.
Bayangkan apa rasanya jika kelak engkau mempunyai anak perempuan dan anakmu itu dizinahi oleh pemuda yang bermain-main sahaja dengannya? Bagaimana rasanya? Atau, bayangkan jika engkau berkahwin dengan seorang yang kau anggap baik, tetapi ternyata ia pun berzina seperti dirimu.
Maka berhentilah berzina, kalau tidak ketahuilah bahawa zina itu hutang, yang boleh saja memerlukan keluarga atau keturunanmu untuk membayarnya. Na'udzubillah min dzalik.
Dalam suatu kisah, seseorang datang dan bertanya kepada Imam Syafie, "Mengapa hukuman bagi para pezina sedemikian beratnya?"
Maka wajah Imam Syafie pun memerah, pipinya merona delima. Lalu beliau berkata, "Karena zina adalah dosa yang bala '(besar risikonya). Akibatnya akan mengenai keluarganya, jirannya, keturunannya hingga tikus di rumahnya dan semut di liang sekitar rumahnya. "
Orang itu kembali bertanya, "Mengapa pelaksanaan hukumannya dengan itu? Sebagaimana Allah berfirman, "Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama."
Maka Imam Syafie pun terdiam, ia menunduk lalu menangis. Setelah tangisnya berhenti, beliau berkata, "Sebab zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat seseorang menjadi iba. Kemudian syaitan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya. "
Lalu orang itu bertanya kembali, "Dan mengapa Allah berfirman," Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka (penzina) disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman? Bukankah hukuman bagi pembunuh, orang murtad dan pencuri, Allah tidak mensyaratkan menjadikannya tontonan? "
Seketika janggut imam Syafi'i basah, ia tergoncang. Lalu beliau berkata, "Agar menjadi pelajaran." Ucapnya sambil teresak-esak.
"Agar menjadi pelajaran," Beliau tersedu.
"Agar menjadi pelajaran," Beliau kembali teresak-esak.
Kemudian ia bangkit dari duduknya dan matanya kembali menyala, ia kembali bersemangat dan berkata, "Sebab ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya zina adalah hutang. Dan sungguh hutang tetaplah hutang. Salah seorang dalam nasab / keturunan pelakunya pasti harus membayarnya. "
Semoga dapat menjadi peringatan bagi kita untuk menjauhi zina.
Thanks for reading & sharing sila share artikel ini dengan klik button share di bawah suara marhean